Berjalan bertujuan ke
suatu kota ternyaman.
Hanya berdua dan
semandiri mungkin.
Tujuan hanya ingin
bermain.
Sebuah toko jadi
saksinya.
Lihatku menjelajah toko,
dan kudapati sesosok yang kukenal.
Ayahku, ke toko yang
sama denganku.
Berjaket orange, sendiri
dan kedinginan.
Di tuntun tapi tak
menatapku sedikitpun.
Keningku mengerenyit.
Tatapku heran ke beliau.
Masuk ke dalam toko
dengan angkuhnya.
Aku beralih pergi dengan
saudara.
Jalan setapak,
berdinding tinggi.
Sunyi, dingin, kaku yang
kulihat.
Tak ada yang terucap,
lariku melambat.
Kutatap sekitar tapi
mereka tak ku kenal.
Semua jadi lambat, bagai
tertiup angin.
Mendayu-dayu, sekelebat
kain melambai dengan lembutnya.
Mataku terus
menyelusurinya.
Terbang, ringan tanpa
beban aku menanjak.
Kenyataan aku harusnya
pulang.
Tanpa mampir ke rumah
sanak saudaraku itu.
Tertiba didalam rumah,
sepi, hening.
Kudapati ibuku dengan
kakaku.
Mereka terkejut, akupun
demikian.
Bertanya-tanya dan
mengharapkan aku tetap disana.
Aku ingin pulang
jawabku.
Tas belanjaku, terpojok
disudut ruangan.
Bertengger seekor
laba-laba.
Coklat terang warnanya,
mengintai di heningnya.
Ku urungkan niatku.
Berbalik dan berbincang,
Aku dapati telpon
genggam ayahku, dan ku telpon ayahku.
Terdengar tangisan dan
ceritanya.
Tersedu sekali
jawaban-jawabannya.
Kusarankan dan
kutenangkan beliau.
Kutanya dimana, tak
mengaku sedikitpun.
Jarang ku dengar dan
alami seperti ini.
Ku curiga tapi ku
berfikir baik saja.
Khawatir dan takut
menyelimuti ku.
Semakin lama tak
terdengar ceritanya lagi.
Beliau berpesan, jaga
telpon ini sebulan kedepan.
Terdiam dan berfikir apa
artinya.
Semua cepat hilang.
Ibuku terdiam dan aku
tak berani menyatakan apa-apa.
Yang aku dengar, yang
aku tau.
Aku simpan dan aku jaga
hingga pas waktunya.
Dan aku berpaling
bergegas meninggalkan rumah itu.
Kulihat laba-laba itu
hilang.
Entah kemana, sebelumnya
mengejarku.
Ku ambil tas kertasku.
Aku bimbang dengan
kenyataan.
Aku pulang atau aku
tetap.
Aku sendiri atau aku
bersama.
Aku menyatukan atau aku
masa bodo.
Aku terbebani atau aku
menghilang.
Saat itu sakit, sakit
sekali di kepala.
Menyerang, tiba-tiba dan
seakan ada yang menduduki.
Berat tanpa kata-kata
aku menangis.
Terbangun dan aku
tersadar kalau itu hanya mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar