Hallow dunia
maya, hallooowww hidden reader and secret admirer~
Hahahahahahaha~
Lama ga bikin
postingan nih, heuh semoga ga lupa cara penyampaiannya hehehe :)
Oke kali ini,
gue bakal bikin postingan tentang sesuatu yang ada diotak gue, analogi analogi
yang mungkin dipandang orang pasaran atau terlalu simple bahkan rumit untuk di
konsumsi. Maklum lagi random otak gue. Hihi~
1. Rumah,
Penghuninya dan Tamu
Analogi ini pertama diungkapin sama pasangan gue, iya Nikko yang Alhamdulillah
sampe sekarang masih bersama gue. Kenapa Rumah, Penghuninya dan Tamu? Nikko
bilang hubungan kita itu seperti rumah, dimana semua materialnya diaduk menjadi
satu hingga tercipta satu pondasi, pondasi rumah yang kelak akan kita singgahi,
kita tempati dan jadi pelindung, bahkan hubungan yg diibaratkan sebagai rumah
ini berasalkan dari material yang berbeda satu sama lain, yang fungsinya berbeda
dan disatukan kemudian dapat memperkokoh bangunan yang kelak disebut rumah. Material?
Iya material, dimana semua sifat, semua perasaan, semua kekurangan, semua
kelebihan yang kita punya pasti ada kurang dan lebih dimata pasangan, pasti ada
keterikatan dan saling melengkapi ketika disatukan, karena untuk menjadi
sesuatu yang utuh itu ya butuh beberapa hal yang berbeda. Itulah gambaran
hubungan, iya seperti rumah.
Bagaimana dengan Penghuninya? Penghuninya? Ya itu kita, dimana kamu
dan aku yang mengisi rumah itu, menghiasi rumah itu, merapihkan dan
membersihkan rumah itu dari debu yang mengganggu. Kita juga yang meramaikan
suasananya.
Dan yang terakhir Tamu, teman, sahabat, orang tua, dan bahkan orang
baru yang sangat baru untuk kita kenal dan datang kerumah kita itu layak
disebut tamu. Dimana orang tersebut adalah orang yang datang dan pergi, singgah
sementara atau hanya bermain dirumah kita. Menurut gue Tamu juga harus punya
etika, ya ketika bertamu ya sewajarnya aja, terlalu ramai juga ga begitu baik,
terlalu geratak juga sangat tidak baik. Ketika tidak diundang dan datang
kerumah jelas itu aneh, tidak diharapkan tiba-tiba nongol sebagaitamu juga
menurut gue itu aneh. Untuk apa ada kalau tidak jelas tujuannya kan? Maka dari
itu gue ngerasa mending pinter-pinter milih tamu dan teman untuk dijadikan
significant other dari diri sendiri dan pasangan. Kebanyakan tamu yang datang
itu juga percuma kalau hanya bisa berantakin rumah kita dan tidak mampu
merapikannya seperti semula, ada tamu 1 tapi kalo iseng, buat apa? Kalau hanya
bisa berantakin bahkan memindahkan perabotan rumah atau hiasan-hiasan yang
sudah rapi dipajang sama diri kita dan pasangan. Ya jangan heran kalau
penghuninya marah kalau kejadiannya seperti itu :)
2. Benang Merah
Bukan anggur merah ya, hehehehe. Menurut gue hubungan diri kita
dengan pasangan sama sama memiliki Benang Merah. Gue mengibaratkan benang
tersebut terikat dikelingking diri kita dengan pasangan. Yang secara ga sadar
ataupun tidak sudah terikat sejak awal saling memilih keputusan untuk bersama
menjalani hubungan ini. Benang Merah itu ga mesti jadi istilah detektif lagi
tapi bisa kita pake disegala situasi. Setiap jari kita ada benang merah
kesiapapun, baik ke Allah, ke orang tua, ke temen, ke sahabat, ke pasangan
sampe ke anak kita suatu hari nanti.
Nah Benang Merah yang gue maksud dihubungan itu ya sesuatu
keterikatan yang ada diantara diri kita ke pasangan. Yang secara ga sadar
sering kita bilang “kebetulan”. Suatu hubungan pasti punya keterikatan
didalamnya, karena ga mungkin kalo ga terikat tapi bisa selalu bersatu. Menurut
gue ya hubungan kaya gitu. Benang Merah itu panjaaaaaaaangggggg banget, dimana
panjangnya sulit terukur, dan kadang tidak sengaja menyandung beberapa orang,
atau mungkin tidak sengaja membuat orang terseret karena tersangkut dibenang
itu. Orang orang yang tesandung biasanya orang orang yang hanya sekedar tau
hubungan kita dengan pasangan, tidak lebih dari itu, atau kadang hanya tau
kalau kita sedang sedih atau senang saja dengan pasangan, selebihnya mereka
tidak tau. Yang seperti itu kaya iklan di televise walaupun berulang-ulang ya Cuma
sekedar iklan. Dan kalo sampe ada yang merasa tersangkut dan turut terseret
arus perjalanan hubungan diri kita dengan pasangan mungkin bisa dibilang orang
yang begitu seperti orang yang merasa tercuri hatinya sedangkan diantara kita
tidak tau menau kalau telah mencuri hati orang tersebut sehingga orang itu
terseret dan membuat perjalanan kita dengan pasangan terasa berat karena benang
yang kita punya membawa seseorang yang terseret-seret.
Disini lebih baik memilih mediator sebagai penengah ketika benang
itu kusut. Mediator tidak berhak ikut campur kedalam kekusutan benang yang diri
kita punya dengan pasangan kita, mediator tersebut juga ga berhak
menyelesainkan kekusutan benang yang kita punya secara sendiri. Kenapa begitu? Ya
karena yang punya benang ini hanya diri kita dengan pasangan kita, yang tau
kenapa kusut ya pasti hanya kita dan diri kita selain Allah yang maha
mengetahui segalanya ya hehehe.
Mediator cukup mendengar cerita dari diri kita dan pasangan kita
kenapa bisa jadi kusut. Udah sampe situ aja, dari situ pasti mediator bisa memberi
saran-saran untuk diri kita dan pasangan biar diri kita dan pasangan bisa
meluruskan kembali benang yang kusut itu.
Pinter-pinter cari teman curhat, pinter-pinter cari “mediator”
tersebut. Karena apa? Karena ketika kita cerita apa yang jadi masalah
dihubungan kita ga semua orang ngerti, ga semua orang paham, ga semua orang
bisa tau batasan untuk membantu. Keseringan orang cenderung lebih ikut campur
karena merasa telah dipercaya dan sering diceritain malah jadinya pas bertindak
jadi sok tau. Padahal masalah mengerti saja belum tentu. Itu saran dari gue dan
beginilah analogi yang gue punya :)
Beginilah postingan
gue sore ini, 2 analogi yang gue punya
dan semoga semua bisa ngerti kerandoman tulisan gue kali ini ahahahahahaha. Dan
yang penting semoga bermanfaat dan bisa diambil nilai positifnya ya hehehe
See you next
post~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar