Berbulan-bulan aku disini, singgah didalam rumah
yang sederhana namun tampak mewah dipandangan orang lain. Sederhana tapi mewah?
Iya sederhana untukku karena rumah ini berfungsi semestinya untuk menjagaku,
menghangatkanku, menjadi tempat istirahatku, sekaligus sebagai tempat
belajarku. Mewah, jelas mewah dipandangan orang lain, mereka selalu
membicarakannya ketika aku dan pasanganku berpergian, sedikit mengintip rumah
baruku itu dengan penuh kehati-hatian agar tak meninggalkan jejak kalau mereka
diam-diam mengagumi rumah baruku.
Berbulan-bulan juga aku disini bersama pria yang
telah menjemputku di halte itu. Bersamanya merapikan rumah ini, membahas segala
rencana dan permasalahan, menjadikan rumah ini tak sekedar rumah melainkan
benteng tetapi juga studio bagi kami. Aku merapihkan beberapa ruangan, rumah
ini menjadi sedikit berbeda setiap waktu.
Dan aku baru tahu, pria pembawa balon gas ini adalah
saudagar kaya. Bergelimang harta? Memiliki segudang koin emas? Atau memiliki
lapangan udara untuk mendaratkan pesawat pribadinya?
Tidak, bukan kaya yang seperti itu yang aku maksud. Kaya,
sungguh kaya dan aku tak menyangka, rumah yang sederhana ini sungguh luas,
karena luasnya rumah baruku ini aku bisa bermain ayunan didalam rumah. Berguling-gulingan
dilantai beralaskan permadani berwarna merah marun, seperti menatap hamparan
bintang bila menatap langit-langit rumah karena terdapat sejumlah lampu gantung
dengan Kristal.
Berbulan-bulan sudah aku menghabiskan waktu bersama
sang saudagar kaya ini, dengan tulusnya kebaikan yang dia punya menjadikan aku
wanita yang belajar banyak arti kesabaran dan penantian. Penantian panjang yang
tak diduga-duga. Pria yang dahulu hanya bersliweran dipandangan kosongku
didepan halte kini benar-benar tepat dihadapanku depan wajahku persis dan Pria ini
menatap penuh arti setiap waktu.
Aku belum pernah menatapnya sebegitu lama, dan aku
tahu pandangannya yang biasa dipancarkan olehnya. Kosong, sejumlah adegan Nampak
terputar di bola matanya, dan fokus menatap kedepan tanpa tertoleh oleh
siapapun kecuali aku menegurnya dengan mengelus bahunya dan bertanya lirih
ditelinganya “kamu kenapa?”
Kini puas pandanganku menerobos bola matanya yang
menyimpan sejuta fikiran dan pertanyaan hati itu. Terkadang sebagian pasangan
menatap mata adalah hal yang sangat canggung, tapi untukku hal ini adalah
kesederhanaan yang muncul dari hati untuk menunjukkan perhatian, simpati dan
empati. Usahanyapun tak besar untuk melakukan hal ini. Hal ini menurutku adalah romantis dalam hidupku.
Semua bertanya padaku “bahagiakah kau bersamanya? Kau
Nampak berbeda saat ini, apa yang telah dilakukannya hingga menjadikanmu wanita
yang berbeda sekarang? sungguh sumringah wajahmu dan tawamu sungguh lepas di setiap foto yang mengabadikan momen kau dan dirinya”
Aku hanya melempar senyum kepada teman-teman yang
menanyakan hal itu. Senyum simpul yang menunjukkan malu diriku untuk
mengutarakan betapa bahagianya diriku saat ini disandingkan bersama saudagar
itu. Sungguh masih mengejutkan untuk sebagian orang aku mendapatkannya dan Ia
mendapatkanku.
Wahai kau Saudagar, tahukah kau aku disini menampung
sejumlah pertanyaan? Dari mereka yang penasaran akan kebahagiaanku saat ini. Tahukah
kau aku disini merasa gelisah? Dari mereka yang menyindirku dari berbagai hal
karena kebahagiaan yang kau ciptakan untukku. Tahukah kau aku disini berdoa
lirih? Agar kita dijauhkan dari hal yang sangat merugikan untuk kita.
“Denganku jangan sampai hatimu merana, yang aku mau
hatimu selalu merona karena bahagia. Aku tak ingin kau bersedih untuk apapun,
yang aku mau kau tersenyum, be brave and kind like a Cinderella. You are my
Cinderbella”
Sapaan hangatnya setiap aku terpuruk. Sambil memelukku
dalam dekapan hangat lengannya yang nyaman. Tidak hanya itu, Ia menutup telingaku
jika aku mendengar hal yang tidak mengenakan. Mengecup keningku setelah menaruh
sejumlah doa dan harapan diwaktu ibadahnya. Iya, memang seperti itu dan aku
dapat merasakan kekayaan hatinya yang senantiasa tulus menjamuku bagai ratu,
menjagaku, dan menjamin diriku bahagia bersamanya.
“Alhamdulillah Terima Kasih Ya Allah, telah kau
titipkan sebagian kecil perjalanan hidupku didalam hidup Pria pembawa balon gas
ini, terima kasih pula telah Engkau ijinkan aku berjumpa dan menjadikan Pria
pembawa balon gas ini adalah amanah dalam hidupku. Mungkin memang ini sungguh berlebihan dipandangan orang, tapi jujur aku tak dapat menutup kebahagiaan yang telah kudapat saat ini. Kebahagiaan yang aku tak menuduganya sama sekali, menjadikanku pribadi yang senantiasa bersyukur bahwa jawaban atas doamu tak melulu tentang kelancaran dalam suatu urusan tetapi juga kebahagiaan yang melimpah. Aku hanya berharap kebersamaan yang ada diantara aku dan Pria ini bertahan hingga waktu yang tak diduga-duga pula seperti pada awal kami bersama. amiinnn”
good night and see you next post~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar