Kamis, 07 Oktober 2010
Ya kejadian
mengerikan dan bisa di bilang horror ini adalah kenyataan tentang tanteku yang
di saat itu sedang tinggal bersama suaminya. Tidak berawal dengan sesuatu yang
mistis memang, tetapi berakhir dengan sesuatu yang meninggalkan kesan yang
cukup mistis. Tante ku bernama anik. Beliau adalah adik terkecil dari ayahku.
Usianya saat itu aku kurang tahu, jelas aku kurang tahu karena aku belum ada,
saat beliau sudah menikah. Hehehe… tante ku ini bertubuh mungil, berkulit putih
dan cantik parasnya. Di saat tanteku menceritakan ini tepat tengah malam
sebelum lebaran 2010 ini.
Lumayan
terkejut juga aku mendengar pengalaman tanteku ini. Ya di saat sedang
berbincang dengan ayah dan saudaraku lain nya tanteku pun menceritakan hal ini.
Saat itu tidak
terlalu lama setelah menikah, tanteku sudah mengandung adik sepupuku. Tanteku
sempat tinggal di keluarga suaminya di Belitung. Ya ya ya, tempat ini memiliki
pemandangan indah dan memiliki sesuatu yang masih bisa di bilang mistis dalam
kehidupan sehari-harinya. Perdukunan, santet, ataupun pelet masih tenar di saat
itu. Dan mungkin hingga detik ini masih eksis di sana, walaupun jaman sudah
millennium.
Tanteku
berniat untuk tinggal di keluarga suaminya itu untuk 2 bulan. Awal nya tanteku
itu nyaman-nyaman saja dengan keadaan rumah yang saat itu di singgahi. Rumah
itu memang ada di pelosok desa di Belitung. Selain tanteku dan suaminya, beliau
juga di temani adik dari suaminya.
Di sore itu
tante ku yang sedang hamil beberapa bulan, mengerjakan tugas rumah seperti
layaknya ibu rumah tangga. Setelah mencuci piring kaki tante ku itu seperti ada
yang memegangi. Fikir pendek tante ku, itu hanya seekor kecoa yang berjalan
menyusuri kakinya. Lalu tante ku menghempaskan kakinya ke belakang seperti
menendang ke belakang untuk menghilangkan rasa yang menggrayangi kakinya itu.
Setelah menggerakkan kakinya itu, tanteku merasakan kalau di saat ia menendang
kan kakinya kebelakang seperti ada
suatu benda yang keras. Yang di rasakan seperti menendang sebuah kepala.
(merinding)
Boncengan sepeda itu sudah tidak berat dan tidak perlu
di dorong lagi. Dukun tadi memberi saran untuk menempelkan tulisan yang berisi
‘ayat kursi’. Ya bisa di akui surat dari al-Qur’an tersebut sangat manjur. Dan
suaminya bercerita kalau sebelum di bawa ke dukun, tanteku sempat memberontak
seperti kesurupan. Dan di saat sadar di rumah dukun itu tanteku hanya bingung
dengan apa yang terjadi dengan keadaan nya.
***
Setelah tidak lama menghempaskan kakinya, kemudian
tanteku jatuh tersungkur ke depan dalam keadaan masih membawa tumpukkan piring
bersih. Tanteku merasa ada yang menarik kakinya hingga dia jatuh tengkurap ke
depan. Anehnya tumpukkan piring itu tidak ada yang pecah satupun. Secepat kilat
suami dan keluarganya buru-buru membawa tante ku itu ke seorang dukun di
kampung itu. Di saat suaminya memboncengi istrinya ini dengan sebuah sepeda
ontel, sepeda tersebut tidak bisa berjalan karena tubuh tanteku itu beratnya
bertambah berkali-kali lipat. Di doronglah sepeda itu hingga tempat tujuan. Dan
di saat sampai ke tempat dukun itu, tante ku di beri syareat atau pertolongan.
Setelah di sembuhkan dengan cara ala dukun itu, tanteku pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, sarat untuk mengusir mahkluk
halus itu pun di laksanakan demi keselamatan tanteku. Di pasanglah Ayat Kursi
itu di atas pintu rumah. Walau bermodal ke-PRIMITIF-an dalam pencegahan, tetapi
karena kondisi di sana sangat mendesak dan sangat ‘sekedar’ dengan tetap yakin
kepada Allah SWT. Di tempelkan lah kertas bertuliskan Ayat Kursi itu di atas
pintu – pintu yang ada di rumah.
Setelah tidak
lama di pasang, sore setelah magrib kejadian yang ganjilpun terjadi kembali.
Dan yang membuat tanteku bingung, mengaap hal itu terjadi setelah magrib? Dan
mengapa yang menjadi sasaran adalah tanteku saja?.
Ya mungkin itu
karena beliau adalah pendatang baru di sekitar situ. Dan di saat magrib telah
berkumandang, mahkluk halus tersebut mulai menghampiri lagi. Tetapi penangkal
telah di pasang di setiap penjuru rumah. Rasa nyaman di dalam hati tanteku
sedikit muncul. Tetapi tetap mengusik rumah itu. Pintu ruang tamu seperti ada
yang menggaruk berulang-ulang kali. Mahkluk itu nampaknya tidak bisa masuk
karena ayat suci al-Qur’an yang telah terpasang.
Pintu itu
terus berbunyi dan bergetar perlahan seperti ada yang menggaruk dari luar
pintu. Mungkin saat aku disana bisa saja langsung minta pulang ke Jakarta dan
lebih memilih hidup beramai-ramai tapi tentram dari pada hidup hanya beberapa
orang dirumah tetapi terusik.
Tanteku
merasakan saat di sana jika malam datang rasanya sangat lama sekali. Tanteku
pun sudah sempat meminta suaminya untuk pulang ke Jakarta saja dan tinggal
bersama ibu bapaknya yang notaben nya adalah nenek dan kakek ku.
Tetapi keaadan
memaksakan untuk membuat tanteku untuk berusaha tahan akan cobaan ini. Tanteku
juga menyadari ongkos nya tidak murah juga jika ingin balik lagi ke Jakarta di
saat itu. Suaminya pun mencari cara untuk bisa pulang dan membuat istrinya ini
bahagia
Tanteku
menyadari di sana memang masih sangat mistis dan jarang ada dokter, yang ada
hanya dukun atau tabib. Bahkan disana, andai saja saat tanteku mengaalmi
kesurupan tetapi di bawa ke dukun yang beda kampung bisa-bisa tanteku di pelet
atau di santet dengan dukun kampung tempat tanteku tinggal. Kemarahan antar
dukun dapat di lihat di kala malam dan langit terang, beberapa sinar merah
seperti api melintas-lintas di udara.
Bahkan di sana ada 1 ucapan dengan bahasa Belitung yang aku sendiri lupa
seperti apa ucapannya, tetapi dalam bahasa Indonesia mengartikan bahwa kata itu
seperti ucapan “dasar setan”. Adik ipar tanteku pun sering mengucapkannya, waktu itu sedang menonton TV
dan kain gordyn jendela yang ada di belakang TV itu bergerak, seperti ada yang
memainkan. Bukan seperti tertiup angin, dan adik ipar tanteku itu mengucapkan
mantra tadi sambil melemparkan sendalnya ke arah jendela itu. Seketika gordyn
itu berhenti bergerak.
Waktu itu
malam telah datang dengan udaranya yang dingin, tanteku dan suadara dari
keluarga suaminya sedang berbincang-bincang di teras rumah. Di pohon
seperti ada yang tertawa. Dan suara itu seperti suara ayam yang berkokok.
Orang awam menyebutnya kuntilanak. Terus adik ipar tanteku itu mengucapkan lagi
ucapan
mujarab yang aneh bin ajaib dapat menghentikan tawa itu. Tanteku sudah
mengetahui apa itu dan siapa itu. Tetapi tanteku bertanya “tadi ada apa?”. Adik
iparnya menjawab dengan tetap menjaga perasaan tanteku agar tidak takut lagi
“tidak ada apa-apa tenang saja! Hehe”
Hari demi hari
berlalu dan berlalu tanpa terasa sebulan tanteku tinggal di rumah yang penuh
godaan itu. Di setiap malam tak pernah tak di ganggu, pasti saja ada
gangguannya. Singgah di rumah itu membuat tanteku yang di saat itu sedang
mengandung menjadi wanita yang kuat dan memiliki mental baja dalam menghadapi
godaan.
Di saat itu
malam datang, kesunyian itu belum menunjukkan sesuatu yang ganjil. Tidak lama
kemudian tantek ku yang sedang tidur dengan suaminya terbangun dari lelapnya
tidur saat itu. Bergetar! Iya bergetar ranjang yang sedang di tempatinya untuk
beristirahat. Mata tante ku pun terjaga dari tidurnya. Dan merasakan kenapa
tubuhnya bergoncang di ranjang itu, di fikir ada gempa yang sedang melanda.
Tetapi getaran itu semakin kuat dari bawah kaki ranjang. Seperti ada yang
menggetarkan!. Ternyata lama tersadar tanteku pun membangunkan suaminya yang
sedang pulas tidur.
“Pah! Pah!”.(sambil mengguncangkan tubuh suaminya yang terkulai lelap di
tidurnya.)
“ngggggg….”
(suaminya lama tersadar dan hanya mengerang karena tidurnya di usik)
“pah! Bangun pah!”. (semakin semangat membangunkan karena ranjangnya mulai
kencang bergetar)
“ada apa ma?”
“pa, merasa tidak kalau kita bergetar? Kasurnya getar pa!”. (panik
menjelaskan)
Terbangunlah
tanteku dan suaminya. Ranjang itu bergetar dan membuat tanteku semakin merasa
takut singgah di sana. Keinginan untuk balik ke Jakarta pun timbul lagi setelah
1 bulan lebih tinggal di rumah yang penuh akan godaan.
Langsung saja
melarikan diri dari kamar itu, tanpa fikir apa-apa lagi tanteku menghampiri
kamar adik iparnya di temani suaminya. Dengan ketakutan yang amat sangat dan
tubuh yang bergetar sambil mengetuk pintu kamar yang cukup lama tidak
mendapatkan tanggapan, akhirnya kamar itupun terbuka.
Adik ipar tanteku bertanya
“ada apa mba?”. (heran melihat kedatangan tanteku ke kamarnya).
Jelas adik iparnya heran mengapa mereka menghampiri kamarnya
“aku tidur sini
ya, semalam saja”. (tanteku meminta dengan muka yang sudah cukup pucat karena
ketakutan).
“oh, yasudah tidak mba”.(dengan senang hati menerima).
“terimakasih ya”.
“oh iya mba, tadi mba datang sama siapa?”.
“lho?! Datang dengan siapa? Maksud kamu?”. (rasa nyamannya terusik kembali)
“iya tadi aku lihat mba datang bertiga!”
107
Tanteku hanya diam tak bisa menjawab ataupun mengelak apa yang menjadi
kesaksian adik iparnya. Lalu malam itu pun terlewati dengan tidur bersama,
rama-ramai di satu ranjang adik iparnya yang perempuan. Di benak tanteku tidak
apa-apa sempit asalkan tidak sendirian lagi.
***
Malam
berikutnya tanteku di tinggal suaminya ke warung membeli rokok, dan suaminya
berpesan ‘jangan buka pintu kalau ada yang mengetuk ataupun ada yang datang,
pintunya aku kunci ya. Kuncinya aku bawa’. Setelah berpesan tanteku yang
sendirian di dalam rumah itu. Warung nya sangat jauh dari rumah. Belum ada 5
menit suaminya pergi pintu rumah itu ada yang menegtuk dan tanteku tahu bahwa
yang menegtuk pasti bukanlah suaminya karena kuncinya telah di bawa dan lokasi
warungnya lumayan jauh dari rumah. Jadi tidak mungkin juga secepat itu suaminya
sampai rumah. Lagi pula jika di tinggal tidur istrinya pasti tidak apa-apa
karena sudah bawa kunci.
Paginya
tanteku tidak kuat lagi untuk berlama-lama singgah di rumah itu. 1 setengah
bulan tanteku di rumah itu dan penuh dengan godaan mahkluk halus. Akhirnya
tanteku minta pulang ke Jakarta. Ongkosnya tidak ada. Dan modal pulang ke
Jakarta dengan menjual cincin kawin nya.
Tanteku pulang
sendiri tanpa di temani suaminya. Suaminya di tinggal disana, berhubung uang
yang di butuhkan juga banyak untuk ongkos pulang 2 orang dari Belitung ke
Jakarta, alhasil tanteku pulang demi menyelamatkan kandungannya, batin, dan
mentalnya.
Pengalaman ini
di ceritakan dengan semangat oleh tanteku itu. Semoga dengan ini kita dapat
mengambil hikmahnya.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar