Aku seperti pemudi yang belajar berdiri kembali.
Setelah aku tahu caranya sejak aku kecil dahulu.
Kini aku bangkitkan tubuhku untuk kembali berdiri.
Perlahan tapi pasti.
Aku mencobanya dengan berpegangan.
Berpegangan dengan sebuah pohon.
Rimbun dan teduh.
Menyejukkan dan menyemangatiku.
Aku mulai jongkok saat ini.
Berkat pohon yang tak beranjak dan setia menemaniku.
Menantiku dapat meraih selembar daunnya.
Pohon itu saksi hidupku.
Aku mulai persiapkan diriku.
Berjalan jongkok perlahan dan tetap berpegangan dengan
pohon itu.
Pohonku semakin rimbun.
Aku semakin semangat dan yakin aku bisa.
Aku mulai berdiri.
Dengan kaki sendiri.
Dan tetap berpegangan pohonku.
Melangkah sedikit demi sedikit penuh keyakinan.
Aku mulai berjalan.
Dari rasa keterpurukan.
Dan pohon itu masih tetap menaungiku dengan dahannya yang
rindang.
Pohonku pemberi oksigen di hidupku.
Ada yang melihat aku telah berdiri tegap.
Berjalan perlahan dan berancang-ancang mengambil langkah
seribu.
Mereka menahanku, menaruh tangannya di pundakku.
Dan berkata ‘aku temani ya’
Aku punya teman saat ini.
Aku tak hanya dengan pohonku.
Aku berjalan dengan mereka yang menopangkan tangannya di
bahuku.
Aku rela, aku terima.
Jumlahnya bukan hanya 1 tapi banyak.
Aku bahagia dan aku senang.
Semakin lama mereka merangkul pundakku.
Mungkin mereka sudah nyaman.
Aku ingat beberapa bunga yang sering berguguran
menemaniku.
Dari pohon yang setia memberiku oksigen dan menjadi
penopang tanganku.
Dikala aku berusaha bangkit dan berjalan.
Aku ingat bunga itu tak seperti mereka yang merangkulku
saat ini.
Semakin lama mereka merangkulku.
Semakin juga aku merasa berat atas beban yang mereka taruh
di bahuku.
Semakin terasa mereka merukukkan tubuhku kembali seperti
dulu.
Semakin aku terjatuh dan dekat dengan tanah kembali.
Aku ingat bunga yang setia menggugurkan dirinya untuk
menjadi teman.
Bunga itu datang tak mengenal saat apa aku, saat ini dan itu.
Bunga itu gugur dan menyemikan suasana di bawah pohon itu.
Tak seperti yang aku rasa ini.
Pohonku, bungaku.
Kalian pembangkit dan penyemangatku.
Kalian menemani dan setia ada disaat aku terpuruk hingga
berdiri.
Kalian tak pandang aku saat seperti apa.
Aku ingin kembali ke pohonku yang rindang.
Pohonku yang berguguran bunganya tanpa pamrih.
Menemani dan melindungiku dari panasnya suasana.
Aku ingin sendiri di pohonku, bersandar ditemani bunganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar