aku
sudah mengingatkanmu, pajanganku itu berharga.
kau
hanya mengangguk tak mematuhi.
sampai
akhirnya kau memecahkan pajangan itu.
ya
kau salah.
kau
kemas segalanya.
bersiap
entah mau kemana.
amarahku
memuncak.
hiasan
rumah kita kau hancurkan satu.
untungnya
bukan tamu yang melakukannya.
entah
aku harus menggantinya dengan cara apa.
kau
mulai menghindar dan menghilang.
kau
kucari untuk memprtanggung jawabkannya.
ini
rumahmu..
terhalang
kabut malamkah?
aku
ada dibalik kabut yang mulai meneylimuti.
aku
tidak beranjak, sayang.
kabut
itu bukan penghalang.
kau
akan selalu berhasil menembusnya.
temukan
aku, sayang.
aku
menantimu disini.
kau
dari mana?
tampak
kau lelah dengan ranselmu yang penuh.
apa
saja isinya?
oleh-olehkah?
tatapanmu
nanar dan kau menjawab dengan layu.
‘ini
bekalku, aku hampir tersesat. entah karena apa?’
kusambut
kau dengan pelukku.
kau
ku hangatkan di rumah kita ini lagi.
perjalanan
barumu hampir kau mulai.
apa
yang kau bawa apakah cukup?
kemana
tujuanmu?
kaupun
lemah mengingatnya.
aku
paham, rasanya bagai naik wahana hysteria.
terhempas
tetapi kembali seperti semula lagi.
kau
kusambut lagi.
jangan
kau utak atik pajanganku seperti itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar